I LIVE IN BY THE DAY

yesterday has gone through, tomorrow has not arrived yet.

FACE IT

so much you can do rather than you frightening.

IMAGINE

imagine what you want to get and not what you fear .

MOVE ON

although slow, but you have to keep moving forward.

HAPPINESS

happiness isn't what can you have. happiness is what can you gave..

Senin, 15 Februari 2010

review Gending Of The Groove 23 January 2010

Gending Of The Groove adalah sebuah acara konser musik. Yang menampilkan kolaborasi estetika musik tradisi timur (Indonesia) dan estetika musik tradisi barat. Bukan hanya dari alat musik yang digunakan, tapi juga dari nada dan harmonisasi nya. Karya - karya yang dibawakan ialah karya - karya para komposer yang berkompeten di bidang ini. Sebut saja Alm. Harry Roesli dengan RMHR nya, Iwan Gunawan dengan Ansambel Gamelan Kyai Fatahillah nya.
Selain membawakan karya – karya original para komposer, pada acara ini juga banyak meng-aransmen lagu – lagu popular yang diramu dengan gamelan Pelog salendro, gamealan Degung atau gamelan Bali. Sebut saja lagu Bendera karya Eross Chandra yang di aransemen kolaborasi dengan Gamelan Bali. Lalu bebrapa lagu milik Band ESQI:EF yang ber-genre Jazzy dimasuki laras Pelog Salendro.
Acara dimulai pukul 13.00 wib. Dibuka dengan penampilan band – band mahasiswa Seni Musik UPI. Sampai pukul 16.00 wib. Dilanjutkan dengan workshop musik yang materi nya diberikan oleh trio grup ethnic jazz ESQI:EF (Syaharani, Doni Suhendra, Didit Saad). Materi yang dibahas saat itu bertemakan Cross Over Musik. Yaitu musik persilangan dari berbagai estetika musik terutama ethnic musik. Moderator acara workshop itu sendiri adalah M. Doddy Kholid. Yaitu seorang dosen di Jurusan Pendidikan Seni Musik UPI yang cukup berpengalaman dan berkompeten dalam topic pembicaraan yang dibicarakan pada workshop itu. Selesai hingga pukul 17.30 wib acara season pertama berakhir. Dilanjutkan pukul 19.30 wib dengan konser utama Gending Of The Groove. Yang pembahasannya akan dilanjutkan pada halaman selanjutnya.

Konser utama dimuali pukul 19.30 dibuka oleh penampilan grup Disco Ethnic Percussion. Yaitu sebuah grup perkusi yang mengusung aliran disco beat yang dikolaborasikan dengan berbagai alat musik melodic lain seperti gitar, keyboard, viola dan saron gamelan degung. Selain itu, grup ini juga menggunakan turnrable dj sebagai pengisi melodinya. Dua lagu yang dibawakan berjudul ‘Sambada’ dan ‘Evolution’. Tabuhan perkusi beat disco di isi melodi – melodi dari berbagai instrument alat musik lainnya, cukup menggebrak suasana acara yang masi h sepi saat itu. Diselingi beberapa sambutan dari “orang – orang penting” lagu Evolution digunakan sebagai backsound sampai selesai sambutan pembukaan acara, lagu dilanjutkan hingga bagian terakhir lagu.
Setelah opening selesai, acara utama dimuali dengan penampilan kolaborasi antara artis Ridho SLANK dengan tim gamelan Gubed Group membawkan lagu Sekar Jepun. Ialah lagu karya Alm Harry Roesli. Karya yang menceritakan pohon Jepun itu mengkolaborasikan antara musik tradisi barat dengan gamelan degung dari sunda. Menghasilkan sebuah komposisi yang unik karna sound yang terdengar begitu apik dimainkan oleh para player.
Ensamble Gamelan Kyai Fatahillah menjadi penampil berikutnya membawakan karya berjudul ‘Swing Euy’. Yaitu karya dengan beat swing yang menggunakan laras salendro sebagai musiknya. Dilanjut karya berjudul One Day milik Bjork. Komposer asal Islandia ini membuat sebuah lagu ber-temakan musik etnik eropa dengan instrument Gamelan Pelog Salendro. Pada acara ini dibawakan oleh tim Ensamble Gamelan Kyai Fatahillah bersama Ajenk dengan sedikit gubahan  aransemen lagunya.
DJ DEWO selanjutnya ikut bergabung dengan kyai Fatahillah membawakan karya kolaborasi cukup kontras antara beat DJ dengan Gamelan Bali sebagai melodi utama. Terakhir karya Susuguhan menjadi penutup penampilan kolaborasi Ensamble Gamelan Kyai Fathillah dengan DJ DEWO.
Pada season selanjutya ESQI:EF tampil membawakan beberapa karya milik grup trio nya. Dengan sedikit aransemen dari tim gamelan Gubed Grup sebagai pengiring. Antara lain lagu berjudul ‘Sunyaruri’ dan ‘Kiranya’, lagu ber genre Pop Jazzy ini dibuat ‘sundanis’ dengan tambahan instrument Suling dan kendang. Aransemen tidak banyak merubah pola lagu asli, hanya tambahan instrument secara estetika musik sunda.
Ervin Cokelat membuka season selanjutnya dengan penampilan kolaborasi perkusi bersama beberapa pemain perkusi dari kampus UPI dan Trisno pemain Bass Pas Band. Kolaborasi Drum, Perkusi latin, dan Kendang Sunda cukup membawa suasana meriah karna beat yang ditampilkan begitu apik. Dilanjut karya Ranggawulung dan Ojo Maning Keke. Kolaborasi antara musik tradisi barat dan tradisi timur kembali terasa kental disini. Band bergabung dengan gamelan degung dan selanjutnya gamelan bali. Kembali masuknya Ridho Hafiedz pada karya Ranggawulung membuat suasana Blues terasa pada karya ini karena lick – lick gitar yang ditampilkan Ridho ber pola Blues minor. Begitu pula pada karya Ojo Maning Keke.
Lagu terakhir yang dibawakan oleh All artis ialah lagu BENDERA karya Eross Chandra dan dipopulerkan oleh grup Band Cokelat. Lagu Pop ini diaransemen ulang dengan digunakannya Gamelan Bali sebagai tambahan pengiring. Lagu yang dibawakan terasa sangat “Indonesia” karena selain lirik nya yang berisi tentang kecintaan terhadap tanah air kita Indonesia. Juga dengan digunakannya gamelan bali sangat terasa suasana Indonesia.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More